RISDEM, Cianjur - Perkembangan Islam yang begitu pesat di
Indonesia melalui beberapa alur pengembangan
menimbulkan pertanyaan terkait perkembangan Islam di kawasan sekitar
Indonesia seperti Australia. Di sisi
lain, kerajaan Islam seperti kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan di Indoensia
yang mampu melakukan interaksi lebih jauh
melalui jalur perdagangan hingga mencapai
bagian utara negara Australia. Melalui interaksi yang cukup lama dengan suku Aborigin tersebut memungkinkan terjadinya
pertukaran budaya dan keagamaan didalamnya. Oleh sebab itu sejarah
awal masuknya Islam di Austrlia
serta perkembangan Islam di Australia menjadi sangat menarik untuk dibahas. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian kepustakaan (library research), di mana data-data yang dipakai adalah
data kepustakaan. Data primer dalam
penelitian ini adalah buku-buku dan laporan-laoran resmi oleh departemen-departemen Australia yang terkait dengan sejarah
Islam di Australia. Metode analisis yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari
penelitian ini meliputi. 1) Islam pertama kali
masuk ke Australia melalui jalur perdagangan dan pelayaran oleh suku Bugis di
bawah Kerajaan Gowa pada tahun
sekitar 1600 Masehi. Hal tersebut menjadi bantahan beberapa ahli sejarah yang menganggap bahwa tahun 1800an
merupakan awal masuknya Islam di Australia melalui
orangorang Afghanistan. 2) Semenjak dihapusnya kebijakan Australia putih maka peradaban
Islam di Australia
memasuki babak baru dalam kehidupan
bermasyarakat. Penghapusan kebijakan
tersebut berhasil mentrasformasi kehidupan masyarakat Muslim Australia
menjadi jauh lebih berkembang dengan ditandai kemajuan pendidikan Islam di Australia, berdirinya
organisasi-organisasi Islam, lahirnya museum Islam pertama di Australia serta
kebijakan pemerintah yang sedikitnya lebih jauh toleran
terhadap umat muslim di Australia.
A.
Kedatangan Islam Di Indonesia
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika islam pertama kali berkembang di timur tengah.
a. Menurut J. C. Van Leur, berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M ada koloni-koloni Arab di barat laut Sumatera, yaitu di Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal. Dari berita Cina bisa diketahui bahwa dimasa dinasti Tang (Abad ke 9-10) orang-orang Ta-Shih sudah ada dikanton (Kan-fu) dan Sumatera. Ta-Shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu jelas sudah menjadi muslim. Perkembangan dan perdagangan yang bersifat International antara negeri-negeri di Asia bagian Barat dan Timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah di bagian barat dan Kerajaan cina zaman dinasti Tang di Asia bagian Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Perkembangan Agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase :
1. Singgahnya pedagang-pedagang Islam dipelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan politik
dan sosial budaya
daerah-daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M, Kerajaan
Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka
sampai Kedah. Datangnya orang-orang Muslim
ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
D. Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim Di Kota-Kota Pesisir
Menjelang abad ke-13 M, di Pesisir aceh sudah ada pemukiman Muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan Islam pertama dikepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13 M. Setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat Muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke-15 M, di daerah ini lahir Kerajaan Islam, yang merupakan Kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara.
E. Saluran Dan Cara-Cara Islamisasi Di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu :
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. Membuat pedagang- pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat mengntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, pada pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih haik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan lebih dahulu.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama- ulama. Dipesantren aau dipondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu :
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. Membuat pedagang- pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat mengntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, pada pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih haik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan lebih dahulu.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama- ulama. Dipesantren aau dipondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
F. PERAN WALI DAN ULAMA
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren- pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
3. Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
6. Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Itulah perkembangan islam dari sejarah awal hingga masa Wali Songo.
G. Kondisi Sosial Menjelang Intensifikasi Dakwah Islam
1. Kerajaan Sriwijaya
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada kira-kira abad ke tujuh dan bahkan bebapa periode berikutnya. Sampai abad ke duabelas kerajaan ini masih menguasai selat Malaka sebagai pusat perniagaan Internasional sekaligus sebagai tempat transit pelaut-pelaut dari Barat ke Timur. Dari Barat, pelayar-pelayar muslim jaman dinasti Umayyah, dalam pelayarannya ke Timur menuju Cina selalu mempergunakan selat Malaka sebagai tempat transit, pemberhentian sementara serta nenjajakan komoditasnya. Demikian pula pelaut-pelaut Cina juga menggunakannya sebagai tempat transit ketika mereka berlayar menuju ke Barat, yakni daerah - daerah teluk Persia dan sekitarnya. Para pedagang dari kedua arah ini tidak bisa-tidak akan selalu menggunakan jasa pelabuhan Malaka sebagai tempat transit. Akan tetapi pada akhir abad ke 12 M. mulai nampak kamunduran, khususnya dalam bidang ekonomi perdagangan. Hal ini di samping persoalan politik di Asia Barat dan Tengah yang bergolak, juga disebabkan karena tingginya bea masuk ke palabuhan, yang mengakibatkan pelayaran cenderung amat berkurang. Pada hal bea masuk ke palabuhan ini merupakan sumber yang amat vital bagi perekonomian kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
2. Kerajaan Majapahit
Adapun di Jawa, kerajaan Hindu terakhir sebelum datangnya Islamadalah Majapahit di Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Singasariyang juga memiliki ambisi perluasan daerah. Ambisi ini terwujud saat rajakeempat Majapahit, Hayam Wuruk memegang pemerintahan. Wilayahnyabukan hanya meliputi Jawa dan beberapa pulau sekitarnya saja, akan tetapimelampaui wilayah Nusantara (Indonesia) yakni Malaya, dan Philipina.Kerajaan Majapahit yang didirikan pada tahun 1293 M. oleh Raden Wijaya,menantu raja terakhir Singasari, tenggelam pada tahun 1522 M . Itulah kerajaanHindu terakhir yang kemudian disusul dengan munculnya negara-negara Islamdi Nusantara.36 Sebenarnya embrio yang menyebabkan kekacauan politik kerajaanMajapahit sudah ada sejak kerajaan tersebut mulai dibangun. Bahwasanya,Raden
Wijaya sebagai pendiri kerajaan ini setelah meninggal dunia ternyatatidak memiliki putra mahkota. Dia hanya memiliki keturunan perempuan daripermaisuri yang dikawininya. Justru keturunan laki-laki diperoleh dari DaraPethak atau Indreswari,37 seorang isteri yang didapat dari hasil ekspedisiPamalayu sebagaimana tersebut di atas. Putera tersebut diberi gelar RadenJayanegara, yang kemudian menggantikan kedudukan ayahnya.
Adapun di Jawa, kerajaan Hindu terakhir sebelum datangnya Islamadalah Majapahit di Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Singasariyang juga memiliki ambisi perluasan daerah. Ambisi ini terwujud saat rajakeempat Majapahit, Hayam Wuruk memegang pemerintahan. Wilayahnyabukan hanya meliputi Jawa dan beberapa pulau sekitarnya saja, akan tetapimelampaui wilayah Nusantara (Indonesia) yakni Malaya, dan Philipina.Kerajaan Majapahit yang didirikan pada tahun 1293 M. oleh Raden Wijaya,menantu raja terakhir Singasari, tenggelam pada tahun 1522 M . Itulah kerajaanHindu terakhir yang kemudian disusul dengan munculnya negara-negara Islamdi Nusantara.36 Sebenarnya embrio yang menyebabkan kekacauan politik kerajaanMajapahit sudah ada sejak kerajaan tersebut mulai dibangun. Bahwasanya,Raden
Wijaya sebagai pendiri kerajaan ini setelah meninggal dunia ternyatatidak memiliki putra mahkota. Dia hanya memiliki keturunan perempuan daripermaisuri yang dikawininya. Justru keturunan laki-laki diperoleh dari DaraPethak atau Indreswari,37 seorang isteri yang didapat dari hasil ekspedisiPamalayu sebagaimana tersebut di atas. Putera tersebut diberi gelar RadenJayanegara, yang kemudian menggantikan kedudukan ayahnya.
3. Kerajaan Dhaha di Kalimantan Selatan
Di daerah Banjar, Kalimantan Selatan menjelang datangnya agama Islam ke daerah ini terdapat sebuah kerajaan Hindu yang besar yaitu kerajaan Dhaha yang diperintah oleh seorang yang bijaksana, Raja Sukarama. Dia adalah putera raja Seri Kaburungan yang sebelumnya memerintah kerajaan Negara Dipa, di daerah utrara. Seiring dengan ramainya perdagangan laut, maka Raja Seri Kaburungan memindahkan kerajaannya ke wilayah selatan, Banjarmasin yang sekaligus sebagai pusat kegiatan perekonomian. Dengan meletakkan pusat kerajaan di bandar, maka hubungan antar pulau semakin intensif, bukan hanya sebagai kegiatan ekonomi akan tetapi juga dalam rangka legitimasi politik, khususnya dengan kerajaan di Jawa Timur, yakni kerajaan Hindu Majapahit. Setelah Seri Raja Kaburungan meninggal dunia, maka tampilah anaknya, Maharaja Sukarama yang memiliki tiga orang anak. Masing-masing adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung dan Puteri Galuh. Sebagai putera tertua, Pangeran Mangkubumi kemudian menggantikan ayahnya, namun malang karena ia dibunuh adiknya sendiri, yaitu Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi menggantikan kedudukan ayahnya itu.
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abubakar.
Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia. Semarang : CV Ramadhani.1971.Ahmad, Zainal Abidin, Piagam Nabi SAW, Konstitusi Negara Tertulis Yang Pertama Di Dunia, Jakarta : Bulan Bintang 1965 Ambari, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban.
Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Ciputat, Jakarta : PT Logos, 2001. Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islamn Indonesia. Jakarta : Prenada Media, 2005.
Edisi Revisi. Babad Gresik. Jilid I, versi Radya Pustaka (Alih tulisan dan bahasa oleh Soekarman
B. Sc. Gresik : Panitia Hari Jadi Kota Gresik 1990.
Bosch. F.D.K. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu Di Kepulauan Indonesia. Jakarta Penerbit Bhratara. 1974 Cabaton, Antoine.
Orang Camp Islam Di Indocina Perancis. Dalam “Kerajaan Campa” Jakarta : PN. Balai Pustaka, 1981.
Chamberloist, Henry, Kerajaan Bima dalam sastra dan Sejarah, Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Ecola Franc d’Extraeme-Orient, Jakarta : 2004.
Danusutopo, Riboet. Sejarah Perkembangan Majapahit, dalam ”Tujuhratus tahun Majapahit (1293- 1993). Suatu Bunga Rampai”. Jawa Timur : Dinas Pariwisata Jawa Timur. 1993.
Darban, Ahmad Adaby. Perlawanan Kyai Kajoran terhadap Sunan Amangkurat I. Dalam Majalah ”Pesantren” nomor 3 tahun 1984.
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta Timur : Penerbit Pustaka al Kautsar, 2010.
Dja’far, Hasan. Girindrawardhhana Beberapa Masalah Majapahit Akhir. Jakarta : Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda. 1978.
Note : Segala bentuk tanggung jawab yang timbul dari tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis. Di tulis oleh kelompok 11 : Irma Yuliana Nurhikmah yulianairma731@gmail.com NPM 1120221054 Ita Puspita ita41273@gmail.com NPM 1120221056 M Ripan As’ari ripanass21@gmail.com NPM 1120221079 M Hafil Fazli hafielfazli@gmail.com NPM 1120221068 mahasiswa prodi pendidikan agama islam STAI Al-Azhary Cianjur. Diajukan dalam memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Lina Pusvisasari, S.Sy., M.H. nenglinapusvisa@gmail.com
No comments: