RISDEM, Cianjur - Di negara indonesia dalam dunia pendidikan,perubahan
kurikulum sudah jadi hal yang wajar,bahkan sejak lahirnya republik indonesia
ini telah beberapa kali berubah kurikulumnya,upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di indonesia. Pada tahun 2013, Indonesia memakai kurikulum 2013, sebagai
langkah repormasi dalam sistem pendidikan. Tetapi baru-baru ini kita di
suguhkan dengan munculnya kurikulum merdeka belajar. Dalam artikel ini, saya
akan mengkaji pengaruh dari transisi ini terhadap minat belajar siswa dengan
kritis.
Pentingnya Minat Belajar Siswa
kunci dalam proses pendidikan yang efektif adalah Minat
belajar siswa. Ketika siswa memiliki minat yang kuat terhadap pembelajaran,
mereka cenderung lebih fokus, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Minat belajar yang tinggi juga dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi
akademik yang lebih baik. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana
perubahan kurikulum dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
Transisi dari Kurikulum 2013
Kurikulum 2013, menandai perubahan besar dalam pendekatan
pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini lebih menekankan pada pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa didorong untuk aktif dalam
proses pembelajaran. Akan tetapi implementasinya tidak selalu mulus, tenaga
pengajar dan siswa mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan diri dengan
perubahan ini.
Selanjutnya, munculah Kurikulum Merdeka Belajar, yang
diperkenalkan pada 11 februari 2022 untuk bisa mendukung lerning los resoveri
akibat pandemi covid 19, juga menandai perubahan besar dalam sistem pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini lebih menekankan pada fleksibilitas, otonomi sekolah,
dan pembelajaran berbasis proyek. Namun, seperti halnya transisi sebelumnya,
pengenalan Kurikulum Merdeka Belajar juga menimbulkan banyak tantangan dan
perubahan dalam pola pembelajaran tradisional.
Pengaruh Kurikulum Terhadap Minat Belajar Siswa
Pertama, perlu diakui bahwa pengaruh kurikulum
terhadap minat belajar siswa adalah hal yang kompleks dan tidak dapat dipahami
secara sepihak. Faktor-faktor lain, seperti lingkungan keluarga, motivasi
intrinsik siswa, dan kualitas pengajaran, juga berperan penting dalam
menentukan minat belajar siswa.akan tetapi berubahnya kurikulum dapat menjadi
faktor penting dalam mengubah dinamika ini.
Perasaan kebingungan dan ketidakpastian di antara guru
dan siswa adalah salah satu dampak dari transisi kurikulum 2013 ke kurikulum
merdeka belajar. Ketika guru harus beradaptasi dengan metode pengajaran yang
berbeda dan siswa harus menyesuaikan diri dengan tuntutan pembelajaran yang
baru, hal ini dapat mengganggu minat belajar mereka. Siswa yang merasa cemas
atau frustasi dengan perubahan kurikulum dapat kehilangan minat dalam belajar.
Selain itu, transisi kurikulum juga dapat mengganggu
konsistensi pembelajaran. Ketika kurikulum berubah dengan cepat, siswa mungkin
merasa sulit untuk memahami materi dengan baik sebelum mereka dipindahkan ke
kurikulum baru. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian dalam belajar dan
mengurangi minat siswa untuk mendalami materi dengan lebih dalam.
Selanjutnya, perubahan kurikulum juga dapat mengubah
fokus pembelajaran siswa. Misalnya, jika kurikulum baru lebih menekankan pada
pengembangan keterampilan praktis daripada pengetahuan teoritis, siswa yang
memiliki minat dalam pengetahuan teoritis mungkin kehilangan minat dalam
pembelajaran. Ini dapat mengubah dinamika minat belajar siswa.
Di sisi lain, ada juga argumen yang menyatakan bahwa
perubahan kurikulum dapat merangsang minat belajar siswa. Kurikulum yang baru
dan inovatif dapat membuat siswa lebih tertarik untuk belajar karena mereka
melihat adanya perubahan yang segar dalam pendidikan. Kurikulum Merdeka
Belajar, misalnya, menciptakan ruang untuk eksplorasi dan kreativitas yang
lebih besar, yang dapat menarik minat siswa yang suka berkreasi.
Dalam menjalani perubahan kurikulum yang signifikan
seperti transisi dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka Belajar, siswa
seringkali mengalami tantangan psikologis dan emosional. Mereka mungkin merasa
cemas tentang kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan kurikulum baru,
terutama jika perubahan tersebut terlalu cepat atau terasa drastis. Ketika rasa
cemas ini mengambil alih, minat belajar siswa dapat terpengaruh negatif karena
mereka tidak merasa nyaman dan percaya diri dalam menghadapi perubahan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan pengambil kebijakan untuk memberikan
dukungan psikologis dan emosional kepada siswa selama transisi ini
Selanjutnya, terkait dengan perubahan dalam fokus
pembelajaran, perlu diperhatikan bahwa setiap siswa memiliki minat dan bakat
yang berbeda-beda. Kurikulum Merdeka Belajar, dengan penekanannya pada
fleksibilitas, seharusnya dapat memberikan peluang bagi siswa untuk mengejar
minat dan bakat mereka. Namun, jika implementasinya tidak dilakukan dengan
baik, ada risiko bahwa siswa yang memiliki minat dalam bidang tertentu mungkin
merasa kurang terpenuhi. Ini dapat menyebabkan minat belajar mereka merosot karena
mereka merasa materi yang diajarkan tidak relevan atau menarik bagi mereka.
Dalam konteks ini, peran guru juga sangat penting. Guru
memiliki peran besar dalam menginspirasi minat belajar siswa. Jika guru mampu
mengajar dengan semangat, mengeksplorasi berbagai metode pembelajaran yang
menarik, dan memotivasi siswa untuk berpikir kritis, maka minat belajar siswa
dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, terlepas dari perubahan
kurikulum. Namun, jika guru merasa terlalu terbebani dengan tuntutan kurikulum
yang berubah-ubah, mereka mungkin kesulitan untuk memberikan pengajaran yang
berkualitas.
*Opini ditulis oleh Muhammad Hamdani, segala bentuk konsekuensi
tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
No comments: