RISDEM, Bandung - Anas
urbaningrum kembali aktif dalam dunia pergerakan mahasiswa, kali ini, Cak Anas, sapaan akrab, menyampaikan materi tentang universalitas nilai-nilai Islam pada
latihan kader (LK) III Badko HMI Jabar (9/10/203).
Cak Anas
menjelaskan korelasi antara materi yang dibawa dengan biografi Nurcholis Madjid
(Cak Nur).
Sebagai tokoh
pemikir Islam kontemporer Cak Nur paham Umat Islam Indonesia memerlukan tafsir
baru terhadap falsafah Pancasila yang Islami (syar’i). Ia kemudian menawarkan
apa yang menurutnya nilai universal Islam sebagai pegangan praktik-praktik
hubungan sosial antar-umat Islam, dan antar-Umat Islam dengan lainnya di
Indonesia.
Bagi Cak Nur
nilai universal suatu agama memiliki kekuatan efektif mengembangkan sikap
saling menghargai antar-sesama anggota masyarakat (Madjid, 1986). Sumber ide
universal Islam terletak pada arti kata Islam itu sendiri, yakni sikap pasrah
kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.
Pernyataan al
Quran ini dapat dipahami kenapa Ibrahim, bapak monoteisme dan “first
patriarch”, disebut dalam Al Quran sebagai seorang yang tidak terikat kepada
suatu bentuk “organized religion” (agama formal yang ada sekarang), melainkan
seorang pencari kebenaran yang tulus (hanif), dan seorang yang berhasrat untuk
pasrah (seorang muslim, dalam arti generik kata-kata Arab itu) kepada
Kebenaran, yaitu Tuhan.
Maka dari itu
idealnya, seorang Muslim adalah juga seorang yang muslim (bersikap al islam.).
Tanpa sikap ini, keyakinan beragama seorang manusia tidak dapat dibenarkan,
apalagi memiliki kesejatian. Dengan demikian sikap tunduk (din/agama) yang
benar dari semua manusia adalah bersikap pasrah (al Islam) kepada Allah dan
bentuk nilai universal Islam itu sendiri serta bentuk jalan keselamatan umat manusia.
* Opini ditulis oleh Robi Sanana.
**Segala isi tulisan ditanggung oleh penulis.
No comments: